APA ITU THARIQAH?
THARIQAH
MENURUT HABIB LUTHFI BIN YAHYA
Ma’rifat adalah “mengerti dan
mengenal”. Mengerti belum tentu mengenal, tapi kalau mengenal sudah pasti
mengerti. Jadi ma’rifat di sini adalah mengenal Allah Swt., seperti halnya kita
mengetahui sifat-sifatNya, baik yang wajib, mustahil dan jaiz. Tapi pengenalan
itu baru pondasi. Untuk mengenal lebih jauh kita harus sering-sering mendekati
Allah Swt. agar Allah juga mendekat dengan kita.
Makhluk Allah banyak yang mengerti
tapi tidak mengenal Allah. Dengan ilmu ma’rifat ini, kita belajar mengenal
Allah dan Allah pun akan mengenali kita. Tapi tidak semudah yang kita
bayangkan, diperlukan ritual-ritual khusus untuk bisa lebih dekat dengan Allah
dan agar kita juga tidak lalai dengan Allah.
Bila dalam mengenal Allah kita sudah
dapat saling mengenal, berarti kita sudah semakin dekat dengan Allah. Tapi
pasti pengenalan seseorang dengan Allah berbeda-beda, tergantung dengan
tahapan-tahapannya. Itulah pentingnya wirid untuk mencapai tingkatan kema’rifatan
yang tinggi.
Sebenarnya dalam thariqah yang
dikhususkan adalah cara membersihkan hati, tashfiyatulqulub atau
tazkiyatunnufus. Sedangkan bacaan-bacaannya (wiridan) adalah sebagai nilai
tambahan untuk pendekatan kepada Allah Swt.
Thariqah sebagian besar adalah
mengamalkan kalimat “La ilaha illallah” atau kalimat “Allah” sebanyak-banyaknya
sesuai ketentuan oleh thariqah itu sendiri. Ada yang mewiridkan secara sirr
(dalam hati atau pelan) dan ada pula yang mewiridkannya secara jahr (keras).
Wirid yang paling baik sebenarnya
adalah membaca al-Quran, karena dalam hadits dijelaskan bahwa “Barangsiapa
ingin berdialog dengan Allah, maka bacalah al-Quran”. Dialog dengan Tuhan
adalah wirid yang paling indah. Kemudian membaca kalimat thayibah seperti
lafadz “La ilaha illallah”, maka Allah akan menjamin surga bagi para pembaca
kalimat tersebut. Kemudian lafadz-lafadz yang lainya seperti istighfar,
shalawat, tahmid, tasbih, asmaul husna, karena itu semua juga adalah
kalimat-kalimat yang sering dibaca oleh Rasulullah Saw. dan kalimat-kalimat
tersebut adalah kalimat yang biasa dibaca oleh para jamaah thariqah.
Memang tidak dapat kita pungkiri
bahwa, thariqah juga amalan yang tidak gampang untuk dijalani. Karena apabila
terjadi kelalaian dalam pengerjaannya kita akan berdosa, sebab amalan dalam
thariqah adalah suatu keharusan (kewajiban) untuk dikerjakan. Tapi kalau
dilihat dari segi positifnya memang thariqah tersebut adalah proses kita untuk
lebih mengenali Allah.
Disamping itu, thariqah dapat
melepaskan kedua penyakit hati yang ada pada diri kita; untuk mengatasi
kealpaan dalam hati dan menghilangkan noktah atau kotoran yang ada. Sebab
amalan dalam thariqah adalah kewajiban maka orang akan berhutang apabila tidak
mengerjakan amalan tersebut, dan akan mengerjakannya walaupun dalam keadaan
apapun. Dan thariqah juga dapat menghapus hijab pembatas yang terdapat dalam
dirinya yang mengakibatkan sifat lalai serta banyak lupa kepada Allah Swt.
Kalau seseorang ingin hatinya bersih
dan membersihkan hati setidaknya orang tersebut mempunyai ketertarikan terhadap
thariqah tersebut, karena kalau dilihat dari fungsi thariqah adalah
menghapuskan kotoran dalam hati dengan selalu mengamalkan dzikirnya. Karena
dari dzikir tersebut orang akan selalu tenang dan sabar dalam menghadapi setiap
masalah yang ia hadapi, karena orang tersebut akan selalu merasa dekat dengan
Allah.
Kaitan Thariqah dan Syariat
Kalau kita pahami lebih lanjut,
thariqah dan syariat sebenarnya memang tidak dapat dipisahkan, karena tujuan
keduanya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Karena ketika seseorang
berthariqah tetapi ia meninggalkan syariat, maka itu juga salah karena ia telah
meninggalkan kewajibannya.
Thariqah adalah buah dari syariat.
Jadi kalau berthariqah tidak boleh lepas dari pintunya dahulu yaitu syariat.
Karena syariatlah yang mengatur tentang kehidupan kita, dengan menggunakan
hukum, dari mulai aqidah, keimanan, keislaman, sehingga kita beriman kepada
Allah, malaikat, kitab Allah, para rasul, hari akhir, takdir yang baik dan buruk.
Dan dengan syariat pula kita mengetahui rukun Islam, yaitu dua kalimat
syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji.
Setelah kita dapat menjalankan
syariat dengan baik, dan kita sudah memgetahui hukum-hukum dalam syariat maka
kita baru menuju pada tingkatan yang lebih tinggi, yaitu menuju thariqah dan
belajar untuk mengenal Allah. Maksudnya bahwa thariqah adalah tingkatan bagi
orang yang sudah cukup ilmunya, terutama yang sudah diwajibkan syariat. Karena
tidak semua orang langsung dapat menuju pada tingkat thariqah.
Orang yang menuju thariqah haruslah
mengetahui Allah, seperti mengetahui tentang sifat wajib dan mustahil Allah,
dan juga mengetahui sifat mumkin (jaiz) Allah. Orang tersebut juga mengetahui
tentang hukum-hukum dalam beribadah, seperti rukun wudhu, rukun iman, hal-hal
yang membatalkan wudhu, rukun shalat serta hal-hal yang membatalkan dalam
shalat. Dan juga orang tersebut dapat membedakan mana yang halal dan yang
haram. Bilamana hal-hal tersebut sudah dapat terpenuhi maka tidak ada salahnya
apabila orang tersebut masuk ke dalam thariqah.
Antisipasi dalam Berthariqah
Perlu diketahui juga bahwa sufisme
itu sudah tidak asing lagi di kalangan kita, dan telah menjadi warna di
kota-kota besar di beberapa negara. Jika kita tertarik pada thariqah atau perkumpulan
dzikir tertentu, kita juga harus mengetahui tentang perkumpulan tersebut.
Karena di jaman sekarang banyak organisasi-organisasi yang mengatasnamakan
Islam untuk kepentingan mereka dan menyelewengkan tentang hukum-hukum yang
telah ditetapkan.
Maka untuk mengantisipasi hal
tersebut, yang perlu kita lakukan adalah seperti apakah thariqah tersebut dan
siapakah yang memimpin thariqah tersebut. Meskipun dalam dzikir yang dibaca itu
memang dari Rasulullah Saw., namun terkadang ada kelompok yang menyelewengkannya
atau menyimpang dari ajaran sehingga keluar dari jalan yang benar dan
menyesatkan.
Pada thariqah yang kita perlu
ketahui dahulu adalah alirannya, semissal thariqah Qadiriyah, Syadziliyah,
Syatariyah dan lain sebagainya. Menurut data yang ada pada Jam’iyyah Ahlit
Thariqah al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN), jumlah thariqah yang diakui itu
ada sekitar 45 thariqah. Penegasan muktabar atau tidaknya sebuah thariqah tentu
harus melalui suatu penelitian. Pertama dari ajarannya, kemudian dari ketentuan
wiridnya tergolong ma’tsur atau tidak, dan yang ketiga memiliki silsilah atau
mata rantai dengan guru yang jelas hingga pada pendiri thariqah tersebut.
Guru thariqah yang merupakan guru
ruhani itu haruslah orang yang mengerti tentang agama. Jika tidak mengerti maka
bisa diragukan kapasitas keguruannya. Sebab bagaimana ia bisa memimpin suatu
organisasi ritual dan keruhanian sementara ia tidak mengerti tentang agama?
Sebab orang yang telah menapak jalur thariqah haruslah sudah sempurna
syariatnya dan guru tersebut juga telah menjalankan semua kewajiban agama
bahkan termasuk shalat sunnahnya. Hal ini juga terkait dengan akhlak sang guru.
Seseorang dianggap mengerti tentang ilmu agama minimal bisa dilihat dari bacaan
al-Qurannya. Sebab seorang ulama diukur pertama kalinya dari pemenuhan syarat
menjadi imam shalat antara lain dari kefasihannya membaca ayat-ayat al-Quran.
Memang dalam kenyataannya, terkadang
banyak orang yang bingung tentang thariqah, ada yang ingin masuk tetapi belum
sampai pada tingkatan tersebut dan juga belum mengetahui tentang pentingnya
berthariqah. Perlu kita ketahui, jika kita masuk pada thariqah maka keimanan
kita akan terbimbing. Disitulah peran para guru mursyid, sehingga tingkatan
tauhid kita, ma’rifat kita tidak salah dan tidak sembarangan menempatkan diri
sebab ada bimbingan dari mursyid tersebut.
Antara Berthariqah dan Tidak
Bagaimana dengan orang yang tidak
berthariqah? Syarat berthariqah itu harus mengetahui syariatnya dahulu, artinya
kewajiban-kewajiban yang harus dimengerti oleh setiap individu sudah dapat
dipahami. Diantaranya hak Allah Swt., lalu hak para rasulNya. Setelah kita
mengenal Allah dan RasulNya kita perlu meyakini apa yang telah disampaikannya,
seperti rukun Islam, yaitu membaca syahadat, mengerjakan shalat, melaksanakan
puasa, berzakat bagi yang cukup syaratnya, serta naik haji bagi yang
mampu. Begitu juga mengetahui rukun iman, serta beberapa tuntunan Islam seperti
shalat, wudhu dan lain-lain.
Orang yang menempuh jalan kepada
Allah dengan sendirinya, tentu tidak sama dengan orang yang menempuh jalan
kepada Allah secara bersama-sama yaitu melalui seorang mursyid. Sebagai contoh
kalau kita ingin ke Mekkah dan kita belum pernah ke Mekkah dan belum mengenal
Mekkah, tentu berbeda dengan orang yang datang ke tempat tersebut dengan
disertai pembimbing atau mursyid.
Orang yang tidak mengenal sama
sekali tempat tersebut, karena meyakini berdasarkan informasi dan kemampuannya
maka itu sah-sah saja. Namun bagi orang yang disertai mursyid akan lebih runtut
dan sempurna, karena pembimbing tadi sudah berpengalaman dan akan mengantar ke
rukun yamani, sumur zamzam, makam Ibrahim, dan lain-lain. Meski orang tersebut
sudah sampai ke Ka’bah namun apabila tidak tahu rukun yamani, dia tidak akan
mampu untuk thawaf karena tidak tahu bagaimana memulainya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
seseorang yang ingin berthariqah haruslah melalui para guru atau mursyid, agar
jalan yang ditempuh dapat berjalan dengan baik dan bisa mendekatkan diri kepada
Allah sedekat mungkin.
Agama Islam adalah agama yang
fleksibel, yaitu maksudnya bahwa agama Islam tidak memberatkan kepada umatnya
tentang suatu ibadah. Dalam arti orang Islam melakukan suatu ibadah itu menurut
kemampuannya masing-masing, karena kemampuan seseorang dengan orang yang lain
tentu berbeda-beda. Itulah sebabnya mengapa tingkatan-tingkatan seseorang dalam
beribadah kepada Allah pun berbeda-beda pula. Memang tujuannya sama, yaitu
untuk mendekatkan diri kepada Allah, akan tetapi tentu hasilnya akan berbeda
menurut dengan usaha yang dilakukan.
Dalam beribadah tentu sekelompok
orang memiliki cara yang berbeda-beda dalam mencapai kesempurnaan untuk dapat
mengerti Allah dan dekat dengan Allah Swt. Cara-cara tersebut sah-sah saja asal
tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan oleh syariat, dan tidak
menyesatkan.
Kaitan Thariqah dan Tasawuf
Tasawuf adalah salah satu usaha
peniadaan diri, yaitu menyerahkan seluruh jiwa dan raga hanya untuk mengabdi
kepada Allah Swt. Itulah cara yang kebanyakan ditempuh oleh seorang sufi,
melalui ritual-ritual khusus dan amalan-amalan yang berbeda-beda pula.
Amalan-amalan tersebut ditunjukan untuk menyanjung Allah dan mengakui kebesaran
Allah Swt. Allah adalah Dzat yang Mahapengasih dan penyayang. Barangsiapa yang
ingin berusaha dengan sungguh-sungguh pasti Allah akan mengabulkannya.
Thariqah itu min ahli la ilaha
illallah, dimana ajarannya mencermikan setelah kita iman dan Islam lalu ihsan.
Makna ihsan dalam hal ini adalah menyembahlah kepada Allah seolah-olah kita
melihat Allah. Kalau tidak mampu, kita harus yakin bahwa kita sedang dilihat
Allah Swt. Dengan merasa didengar dan dilihat oleh Yang Maha Kuasa, itu akan
mengurangi perbuatan-perbuatan yang merugikan dirinya sendiri apalagi kepada
orang lain. Karena kita malu, takut kepada Yang Maha Kuasa.
Tasawuf itu sendiri berfungsi untuk
menjernihkan hati dan membersihkan hawa nafsu dari berbagai sifat yang dimiliki
manusia, utamanya sifat kesombongan yang disebabkan oleh banyak hal. Jika
ajaran tasawuf itu diamalkan, tidak ada yang namanya saling dengki dan saling iri,
justeru yang muncul adalah saling mengisi.
Tasawuf itu buah dari thariqah.
Pakaian thariqah adalah tasawuf yang bersumberkan dari akhlak dan tatakrama
(adab). Contohnya, orang masuk kamar mandi dengan kaki kiri terlebih dahulu,
masuk masjd mendahulukan kaki kanan, dll. Itu semua ajaran tasawuf. Contoh
lain, sebelum makan baca Basmalah dan setelah selesai baca Hamdalah. Apa yang
diajarkan dalam tasawuf sebagai bentuk rasa terimakasih kepada yang memberi
rejeki. Kita ambil satu butir nasi yang terjatuh, karena kita sadar bahwa kita
tidak bisa membuat butir nasi, lalu kita bersyukur. Itu semua ajaran tasawuf.
Nah, kalau syariat itu terbatas.
Maka jika syariat yang diberlakukan, orang mabuk tidak boleh berdekatan dengan
orang Muslim. Kalau tasawuf tidak demikian, mereka harus diajak bicara,
mengapa mereka mabuk. Kita tidak boleh tunduk dengan pejabat karena ada alasan
tertentu, akan tetapi kita wajib menjaga wibawa pejabat di hadapan umum,
sekalipun dengan pribadi kita ada ketidakcocokan. Akan tetapi jangan asal
tabrak. Ini semua juga ajaran tasawuf.
Berthariqah dan Batasan Usia
Jika belajar dzikir kepada Allah
Swt. menunggu sudah tua, iya kalau umurnya sampai tua. Bagaimana kalau masih
muda meninggal? Yang terpenting adalah mereka mengerti tata urutan berthariqah,
mengerti syarat dan rukunnya dulu seperti masalah wudhu dan shalat, mengerti
sifat wajib, jaiz dan mustahil Allah, mengetahui halal dan haram.
Kalau menertibkan hati menunggu tua,
nanti terlanjur hati berkarat tebal. Maka sejak usia muda seyogyanya mereka
mulai mengamalkan ajaran thariqah, seperti MATAN (Mahasiswa Ahlit Thariqah
An-Nahdliyyah).
Apakah boleh mengikuti baiat
thariqah, padahal masih belajar ilmu syariat? Setiap Muslim tentu boleh, bahkan
harus, berusaha menjaga serta meningkatkan kualitas iman dan Islam di hatinya
dengan berbagai cara. Salah satunya dengan berthariqah. Namun berthariqah
sendiri bukan hal yang sangat mudah. Karena, sebelum memasukinya, seseorang
harus terlebih dulu mengetahui ilmu syariat. Tapi juga bukan hal yang sangat
sulit, seperti harus menguasai seluruh cabang ilmu syariat secara mumpuni.
Yang diprasyaratkan untuk masuk
thariqah hanya pengetahuan tentang hal-hal yang paling mendasar dalam ilmu
syariat. Dalam aqidah, misalnya, ia harus sudah mengenal sifat wajib, mustahil
dan jaiz bagi Allah. Dalam fiqih, ia sudah mengetahui tata cara bersuci dan
shalat, lengkap dengan syarat, rukun, dan hal-hal yang membatalkannya, serta
hal-hal yang dihalalkan atau diharamkan oleh agama.
Jika dasar-dasar ilmu syariat sudah
dimiliki, ia sudah boleh berthariqah. Tentu saja ia tetap mempunyai kewajiban
melengkapi pengetahuan ilmu syariatnya yang bisa dikaji sambil jalan. Syariat
lainnya adalah umur yang cukup (minimal 8 tahun), dan khusus bagi wanita yang
berumah tangga harus mendapat izin dari suami. Jika semuanya sudah terpenuhi,
saya mengimbau segeralah ikut thariqah.
Semua thariqah, asalkan mu’tabarah,
ajarannya murni dan silsilahnya bersambung sampai Rasulullah Saw., sama
baiknya. Karena semua mengajarkan penjagaan hati dengan memperbanyak
dzikrullah, istighfar dan shalawat. Yang terpenting, masuklah thariqah dengan
niat agar kita bisa menjalankan ihsan. Jangan masuk thariqah karena khasiatnya
atau karena cerita kehebatan guru-guru mursyidnya.
(Sumber:
dikompilasi dari ceramah-ceramah Maulana Habib Luthfi bin Yahya).
وصلی اﷲ علی سيدنا محمد النبي الامي
وعلی اله وصحبه وسلم تسليما كثيرا. والحمد لله رب العالمين